Perang Iran Israel Gencatan Senjata Kacau! 4 Tewas di Beersheva

Ketegangan Tak Surut Meski Ada Seruan Damai

Perang antara Iran dan Israel yang memasuki hari keempat justru menunjukkan gejala semakin tidak terkendali. Pada Selasa, 24 Juni 2025, publik dunia dikejutkan oleh kabar gencatan senjata yang diumumkan langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Namun kenyataan di lapangan berkata lain: rudal masih meluncur, ledakan terdengar di berbagai wilayah, dan korban jiwa kembali berjatuhan.

Di tengah harapan akan jeda pertempuran, justru terjadi salah satu insiden paling mematikan dalam sehari terakhir. Serangan rudal Iran ke wilayah Beersheva, Israel selatan, menghancurkan beberapa bangunan perumahan padat penduduk. Sedikitnya empat orang tewas dan lebih dari 20 lainnya luka-luka. Gencatan senjata yang diumumkan justru berakhir dengan kekacauan, kebingungan, dan aksi balas dendam.

Kilas Balik Awal Konflik: AS Picu Ledakan Besar

Perjalanan menuju gencatan senjata ini bermula dari serangan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu, 22 Juni 2025. Tindakan ini memicu kemarahan besar dari pemerintah Teheran yang menuduh AS melanggar kedaulatan dan memprovokasi eskalasi regional.

Sebagai balasan, Iran meningkatkan serangan terhadap Israel, yang diduga memberikan informasi intelijen kepada AS. Pada Senin malam, rudal-rudal Iran juga menghantam Pangkalan Militer Al Udeid di Qatar, fasilitas utama militer AS di Timur Tengah. Aksi ini menandai perluasan konflik yang sebelumnya lebih terfokus pada dua negara menjadi berpotensi global.

Gencatan Senjata: Deklarasi Trump yang Tidak Dipahami

Presiden Donald Trump membuat pengumuman mengejutkan pada Senin malam melalui media sosial Truth Social. Ia menyatakan bahwa Iran dan Israel sepakat untuk menghentikan pertempuran selama 24 jam, seraya mengklaim bahwa ini adalah “langkah awal menuju akhir perang.”

Namun pengumuman ini tidak disertai kejelasan teknis dan koordinasi antar militer. Tidak ada pemantauan atau pengawasan internasional yang memastikan bahwa kedua pihak benar-benar mengikuti perjanjian tersebut. Bahkan waktu dimulainya gencatan senjata pun menjadi bahan perdebatan.

Serangan Tetap Terjadi Setelah Batas Waktu

Menurut laporan resmi, gencatan senjata dimulai pada pukul 04.00 GMT atau 11.00 WIB. Namun, beberapa menit setelah waktu tersebut, serangan rudal dari Iran masih terjadi. Salah satu yang paling fatal adalah serangan ke Beersheva, kota besar di selatan Israel, yang menyebabkan kerusakan parah pada tiga blok perumahan.

Empat warga sipil dilaporkan tewas di lokasi, termasuk satu anak kecil. Dua puluh lainnya mengalami luka-luka, beberapa dalam kondisi kritis. Media lokal menggambarkan situasi yang “mirip zona perang,” sementara petugas penyelamat kesulitan menjangkau korban di tengah puing bangunan yang runtuh.

Reaksi Dunia: Bingung dan Prihatin

Kekacauan ini tidak hanya membuat rakyat sipil jadi korban, tetapi juga memicu kebingungan di komunitas internasional. Mantan Duta Besar AS untuk Israel, Dan Shapiro, menuliskan di platform X (dulu Twitter):

“Apakah Israel masih punya waktu 12 jam untuk menyerang? Atau kita sudah masuk masa gencatan senjata? Bahkan setelah korban di Beersheva, semua masih kabur. Tidak ada yang tahu pasti. Ini berbahaya.”

Pernyataan tersebut menggambarkan betapa buruknya komunikasi antar pihak. Tanpa kejelasan, bahkan negara-negara sekutu seperti Amerika pun tak bisa memastikan siapa yang seharusnya menahan diri terlebih dahulu.

Serangan Balik ke Teheran

Tak lama setelah serangan di Beersheva, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, memberi instruksi langsung kepada militer untuk membalas Iran. Target utama adalah instalasi radar militer di sekitar Teheran yang dianggap sebagai pusat kendali serangan rudal sebelumnya.

Israel meluncurkan serangan udara dengan hasil yang diklaim berhasil menghancurkan dua titik strategis. Namun, belum ada konfirmasi jumlah korban dari pihak Iran.

AS Coba Menengahi, Tapi Ditekan Dua Arah

Donald Trump dilaporkan menghubungi langsung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk meminta penghentian serangan balasan. Namun Netanyahu bersikeras bahwa Iran telah melanggar gencatan senjata lebih dahulu, dan tindakan Israel bersifat membela diri.

Menurut sumber internal Gedung Putih yang dikutip The Guardian, Trump merasa frustrasi karena inisiatif damainya gagal di tengah jalan. Di sisi lain, tekanan domestik agar AS tidak terlalu terlibat langsung dalam konflik ini semakin menguat.

Optimisme yang Rapuh

Sementara AS mencoba menjembatani dua musuh bebuyutan, Uni Eropa menyuarakan harapan damai. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut pengumuman gencatan senjata sebagai “angin segar” di tengah kekacauan, namun ia mengingatkan bahwa proses perdamaian masih rapuh dan mudah runtuh.

“Semua pihak harus benar-benar menahan diri. Setiap pelanggaran bisa membatalkan semua upaya menuju perdamaian,” ujarnya.

Warga Sipil Terjebak di Tengah Api

Di Israel, banyak warga yang mulai mengungsi dari kota-kota dekat perbatasan dan daerah selatan seperti Beersheva. Rumah-rumah hancur, sekolah diliburkan, dan rumah sakit penuh dengan korban luka. Di Iran, rakyat juga dilaporkan menghadapi kesulitan, terutama di Teheran dan wilayah barat yang menjadi target rudal Israel.

Laporan dari LSM internasional menyebutkan bahwa pasokan listrik dan air di beberapa wilayah terganggu, sementara harga bahan pokok melonjak akibat situasi darurat.

Apa Selanjutnya? Gencatan Senjata Ulang atau Perang Terbuka?

Gagalnya implementasi gencatan senjata ini membuka dua skenario ke depan. Pertama, pihak-pihak terkait kembali duduk bersama untuk merancang kesepakatan yang lebih rinci dan dikawal pengamat internasional. Kedua, konflik ini kembali meledak menjadi perang terbuka yang bisa menyeret lebih banyak negara di Timur Tengah.

Pihak PBB telah menyerukan pertemuan darurat untuk membahas krisis ini. Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyatakan “kekhawatiran mendalam atas eskalasi yang mengancam stabilitas global.”

Damai Masih Jauh, Tapi Harapan Tak Boleh Padam

Perang Iran-Israel menunjukkan bahwa dalam konflik modern, informasi bisa jadi senjata, dan kesalahan komunikasi bisa memicu bencana. Gencatan senjata yang seharusnya menjadi jeda untuk menyelamatkan nyawa justru berubah menjadi titik panas baru yang penuh kebingungan.

Namun di balik segala kekacauan ini, seruan dunia untuk damai tetap menggema. Meski sulit, tekanan dari masyarakat internasional dan suara rakyat yang lelah akan perang bisa menjadi kunci menuju solusi jangka panjang. Selama kedua pihak masih memiliki sisa kehendak untuk berdialog, peluang damai, betapapun kecilnya, tetap ada.

Related Posts

£40 Juta! Milos Kerkez Resmi Gabung Liverpool

Langkah Strategis Liverpool Tambah Amunisi di Lini Belakang Liverpool kembali mencuri perhatian di bursa transfer musim panas 2025. Setelah menggaet Florian Wirtz dan Jeremie Frimpong dari Bayer Leverkusen, kini The…

Kane On Fire! Bayern Tumbangkan Flamengo 4-2

Bayern Melenggang ke Perempat Final Bayern Munchen kembali menunjukkan kelasnya di ajang Piala Dunia Antarklub 2025. Bertemu wakil Brasil, Flamengo, di babak 16 besar, Die Roten menang meyakinkan dengan skor…

You Missed

£40 Juta! Milos Kerkez Resmi Gabung Liverpool

  • By Net
  • Juli 1, 2025
  • 1 views
£40 Juta! Milos Kerkez Resmi Gabung Liverpool

Kane On Fire! Bayern Tumbangkan Flamengo 4-2

  • By Net
  • Juni 30, 2025
  • 4 views
Kane On Fire! Bayern Tumbangkan Flamengo 4-2

Inggris U-21 vs Jerman U-21 Menegangkan, Inggris Menang Dramatis

  • By Net
  • Juni 29, 2025
  • 7 views
Inggris U-21 vs Jerman U-21 Menegangkan, Inggris Menang Dramatis

16 Besar Panas! Real Madrid vs Juventus: Siapa Tumbang?

  • By Net
  • Juni 28, 2025
  • 9 views
16 Besar Panas! Real Madrid vs Juventus: Siapa Tumbang?

Pesta 5 Gol! Manchester City Libas Juventus di Laga Pamungkas

  • By Net
  • Juni 27, 2025
  • 12 views
Pesta 5 Gol! Manchester City Libas Juventus di Laga Pamungkas

1 Gol Penentu! Dortmund vs Ulsan

  • By Net
  • Juni 26, 2025
  • 15 views
1 Gol Penentu! Dortmund vs Ulsan