
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan secara resmi bahwa militer AS telah meluncurkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada Sabtu malam. Ketiga lokasi yang menjadi sasaran adalah Fordow, Natanz, dan Isfahan, yang selama ini dikenal sebagai bagian inti dari program nuklir Iran.
Dalam pernyataan singkat dari Gedung Putih, Trump menyebut operasi ini sebagai langkah strategis untuk “menghentikan ancaman nuklir Iran sebelum berkembang lebih jauh.” Serangan dilakukan saat ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat di pekan kedua konflik terbuka kedua negara.
Tiga Titik Kritis Jadi Sasaran
Menurut sumber laporan dari CNN yang mengutip sumber militer, serangan dilakukan menggunakan pesawat pembom siluman B-2 Spirit, pesawat penyerang strategis yang mampu menjangkau target jauh dan membawa bom penghancur bunker. Operasi ini dilakukan secara simultan di tiga titik berbeda dengan koordinasi presisi tinggi.
Fordow adalah fasilitas pengayaan uranium yang terletak di dalam pegunungan, dikenal sebagai salah satu lokasi paling tersembunyi dan dilindungi di Iran.
Natanz merupakan pusat utama produksi sentrifugal dan pengayaan uranium Iran, yang pernah diserang melalui serangan siber pada tahun 2010.
Isfahan dikenal sebagai lokasi pengolahan bahan nuklir mentah dan menjadi jalur awal dari siklus bahan bakar nuklir.
Dampak fisik dari serangan belum diketahui secara pasti, namun sejumlah laporan dari media Iran menyebutkan adanya ledakan besar dan kebakaran hebat di wilayah sekitar fasilitas tersebut.
Trump Sampaikan Pidato Nasional
Presiden Trump menyampaikan pidato dari Gedung Putih beberapa jam setelah operasi militer berlangsung. Dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional pukul 10 malam waktu setempat, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat “tidak menginginkan perang, tapi juga tidak akan diam saat ancaman berkembang.”
Ia menyebut bahwa serangan ini telah direncanakan selama beberapa hari, menyusul laporan intelijen yang menunjukkan peningkatan aktivitas di situs-situs nuklir Iran. Trump juga mengonfirmasi bahwa tidak ada pasukan darat yang dilibatkan, dan bahwa “tidak ada niatan untuk menduduki wilayah Iran.”
Ketegangan Meningkat dengan Iran dan Israel
Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Israel mengklaim telah menewaskan tiga komandan senior dari Pasukan Quds, unit elit dari Garda Revolusi Iran. Serangan Israel tersebut diklaim sebagai bagian dari operasi pencegahan terhadap potensi serangan balasan Iran.
Di sisi lain, dua drone milik Iran dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, sebelum akhirnya dihancurkan di wilayah utara negara tersebut. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Iran masih memiliki kemampuan untuk melancarkan respons militer terbatas.
Kementerian Pertahanan Iran belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun media pemerintah menyebutkan bahwa Iran “menyimpan semua opsi dalam menghadapi agresi ini.”
Reaksi Dunia Internasional
Berbagai negara dan lembaga internasional mulai memberikan tanggapan atas eskalasi terbaru ini. Rusia mengecam keras serangan yang dilakukan Amerika Serikat dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB. Tiongkok juga menyuarakan keprihatinan, menyerukan agar semua pihak menahan diri dan kembali ke meja perundingan.
Sementara itu, beberapa sekutu Amerika seperti Inggris dan Israel memberikan dukungan penuh terhadap langkah yang diambil Washington. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji Trump dan menyebut operasi tersebut sebagai “keputusan strategis yang tepat dan perlu.”
Kondisi Terkini di Lapangan
Di Iran, situasi masih belum sepenuhnya jelas. Jaringan internet dilaporkan terganggu di beberapa wilayah, terutama di sekitar Natanz dan Isfahan. Masyarakat sipil di wilayah sekitar tempat kejadian dievakuasi untuk menghindari dampak radiasi atau sisa bahan peledak yang belum meledak.
Belum ada data resmi mengenai korban jiwa. Namun laporan dari beberapa rumah sakit menyebutkan adanya korban luka akibat ledakan, sebagian besar dari staf teknis dan keamanan fasilitas.
Pasukan Garda Revolusi Iran terlihat mulai dikerahkan dalam jumlah besar di berbagai kota utama, terutama Teheran, Qom, dan Mashhad, sebagai antisipasi terhadap kemungkinan eskalasi lanjutan.
Langkah Selanjutnya
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan menggelar sidang darurat dalam 48 jam ke depan untuk membahas situasi tersebut. Beberapa diplomat menyebut bahwa Rusia dan Tiongkok akan mendorong agar Amerika Serikat diminta menjelaskan dasar hukum dari serangan tersebut.
Di sisi lain, analis militer memperkirakan bahwa Iran kemungkinan besar akan merespons dalam bentuk serangan terbatas melalui jaringan proksi di Suriah, Irak, atau Lebanon. Beberapa pengamat juga mengingatkan kemungkinan serangan dunia maya terhadap infrastruktur Amerika di luar negeri.
Serangan terhadap Fordow, Natanz, dan Isfahan menjadi babak baru dalam ketegangan panjang antara Iran dan Amerika Serikat. Dengan wilayah Timur Tengah kembali bergejolak dan dunia internasional menahan napas, pertanyaan utama kini adalah: apakah ini hanya aksi satu malam, atau awal dari konflik yang lebih luas?