
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah fasilitas strategis di Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Operasi ini disebut sebagai langkah paling agresif sejak perang Iran–Irak, dan menargetkan lebih dari seratus lokasi militer, termasuk situs nuklir di Natanz dan kawasan ibu kota Teheran, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Serangan yang dinamai Operation Rising Lion ini menewaskan sejumlah petinggi militer penting Iran. Menurut laporan dari Associated Press, dua tokoh elit Garda Revolusi Iran (IRGC) yakni Mayor Jenderal Hossein Salami dan Mohammad Bagheri dipastikan tewas, bersama enam ilmuwan nuklir yang berada di kompleks fasilitas penelitian strategis.
Sumber yang dikutip oleh The Guardian juga menyebutkan bahwa serangan ini turut menimbulkan korban sipil, termasuk anak-anak, akibat ledakan sekunder yang merambat ke pemukiman warga.
Sebagai balasan, Iran langsung meluncurkan lebih dari seratus drone tempur tipe Shahed ke arah wilayah Israel. Pihak Israel mengklaim bahwa sebagian besar drone berhasil dihancurkan sebelum mencapai target. Penutupan wilayah udara diberlakukan di Iran, Israel, serta beberapa negara tetangga seperti Yordania dan Irak karena alasan keamanan. Informasi ini dikonfirmasi dalam siaran langsung yang diikuti media seperti Al Jazeera.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan bahwa negaranya tidak terlibat langsung dalam serangan ini dan tetap mendorong jalur diplomasi untuk menyelesaikan konflik nuklir. Namun, AS tetap mengamankan personel militernya di kawasan Teluk sebagai bentuk antisipasi atas kemungkinan eskalasi yang lebih luas.
Dampak serangan ini langsung terasa di pasar global. Harga minyak mentah dunia melonjak hingga delapan persen hanya dalam beberapa jam setelah serangan dimulai, dipicu kekhawatiran akan terganggunya jalur pelayaran dan pasokan energi di kawasan Teluk, termasuk di Selat Hormuz yang menjadi jalur utama ekspor minyak Iran dan negara Teluk lainnya.
Meskipun situasi semakin panas, perwakilan Iran dan Amerika Serikat dijadwalkan tetap hadir dalam putaran keenam perundingan nuklir di Oman, akhir pekan ini. Perundingan tersebut diyakini menjadi salah satu titik krusial dalam meredam konflik yang berpotensi merembet ke skala regional.
Pakar hubungan internasional menyebut serangan ini sebagai pesan terbuka dari Israel bahwa mereka tidak akan mentoleransi perkembangan program nuklir Iran lebih jauh. Namun di sisi lain, aksi militer seperti ini juga berisiko menutup jalur diplomasi yang selama ini dibangun melalui negosiasi JCPOA dan upaya mediasi dari negara pihak ketiga.