
Gencatan Tak Meredakan Ketegangan Iran – Isarael
Israel masih belum berhenti setelah perang 12 hari melawan Iran. Menteri Pertahanan Israel, Katz, menegaskan bahwa militer mereka akan terus menjalankan operasi untuk menghentikan potensi ancaman dari Iran.
Dalam pertemuan dengan para pimpinan militer pada 3 Juli 2025, Katz menyampaikan bahwa militer harus menyusun rencana yang bisa menekan Iran agar tidak kembali mengembangkan kekuatan militernya.
Militer Didorong Tetap Siaga
Katz meminta militer tetap siaga penuh secara intelijen dan operasional. Ia mengarahkan pasukan udara agar menjaga dominasi atas wilayah udara Iran. sekutu dari amerika ini ingin memastikan Iran tidak sempat membangun kembali sistem rudal atau fasilitas strategis lainnya.
Israel menganggap dominasi udara sebagai kunci untuk mengendalikan potensi serangan dari Teheran.
Operasi 13 Juni Jadi Titik Penting
Pada 13 Juni 2025, Israel meluncurkan serangan udara besar ke sejumlah fasilitas militer Iran. Mereka menyasar pusat pengembangan rudal dan lokasi yang dicurigai sebagai bagian dari program nuklir.
kaum yahudi mengeklaim berhasil menggagalkan rencana nuklir Iran melalui serangan tersebut. Sementara itu, Iran tetap membantah bahwa mereka mengembangkan senjata nuklir.
Netanyahu Tak Percaya Gencatan Senjata
Meski Amerika Serikat mengumumkan gencatan senjata, Israel tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. PM Benjamin Netanyahu dan Menhan Katz terus menyerukan agar militer tetap aktif dalam menghancurkan potensi ancaman Iran.
Dalam unggahannya di media sosial X (27 Juni), Katz menulis, “Tentara akan bertindak secara teratur untuk menggagalkan ancaman tersebut.”
Strategi Jangka Panjang: Seperti di Lebanon
Media Israel menyebut para pejabat mempertimbangkan strategi yang menyerupai pendekatan di Lebanon. Di sana, Israel secara rutin menyerang posisi Hizbullah, meskipun ada kesepakatan gencatan sejak 2023.
Artinya, meskipun gencatan diberlakukan, Israel tetap akan meluncurkan serangan bila Iran terlihat membangun kekuatan militer baru.
Korban Jiwa: Ketimpangan Nyata
Selama 12 hari konflik, lebih dari 900 warga Iran tewas akibat serangan udara Israel. Di sisi lain, Iran membalas dengan lebih dari 50 rudal yang menewaskan 28 warga Israel.
Perbedaan jumlah korban ini menunjukkan ketidakseimbangan kekuatan antara kedua negara. Israel mengandalkan sistem pertahanan canggih dan keunggulan serangan presisi, sementara Iran mengandalkan volume serangan balasan.
Dunia Terpecah
Respons dunia terhadap konflik ini beragam. Negara-negara Eropa mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri. Sementara itu, China dan Rusia mengecam keras aksi dari sekutu amerika ini.
Amerika Serikat terkesan ambigu. Meski mendorong gencatan, mereka tidak mencegah negara sekutnya ini melanjutkan serangan terukur. Negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA juga memilih diam, meski menyampaikan keprihatinan atas jumlah korban sipil di Iran.
Ancaman Terus Mengintai
Banyak analis menilai konflik ini belum benar-benar berakhir. Gencatan hanya menjadi jeda. Selama Iran masih menyimpan ambisi rudal dan nuklir, Israel tidak akan menurunkan kewaspadaan.
Netanyahu bahkan menyatakan bahwa fasilitas nuklir Iran harus dimusnahkan sepenuhnya. Jika Iran melanjutkan aktivitasnya, maka sekutu dari amerika ini akan segera bertindak kembali.
Damai Masih Jauh
Gencatan senjata tak serta-merta mengakhiri ketegangan. Ketika kedua negara masih saling curiga dan militer tetap aktif, peluang pecahnya konflik lanjutan akan selalu ada.
Israel menunjukkan bahwa mereka tidak akan menunggu. Jika Iran terlihat mengancam, maka serangan berikutnya hanya tinggal menunggu waktu.